Koran Bekas Dan Khasiat VCO Untuk Jantung Koroner
Pertengahan 2004 Patty pulang membawa koran bekas yang tergeletak di meja kerjanya. Tiba di rumah, surat kabar itu diletakkan begitu saja di ruang tamu. Ketika ia tengah beristirahat, istrinya membuka-buka media itu. Matanya tertuju pada sebuah pariwara virgin coconut oil (VCO) alias minyak kelapa murni. Iklan itu menyebutkan, VCO mampu mengatasi berbagai penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi, asam urat, dan jantung koroner.
Tanpa sepengetahuan Patty, istrinya menghubungi produsen VCO di Yogyakarta. Ia disarankan untuk membeli VCO melalui perwakilan Jakarta. Keesokan harinya ia memperoleh 2 boks VCO masing-masing terdiri atas 6 botol. Volume setiap botol 90 ml. Mulai hari itu Patty meminum minyak perawan. Usai makan malam, ia meminum 6 sendok makan VCO sekaligus. Hari berikutnya, 5 sendok makan. ”Saya ingin cepat sembuh, sehingga dosis ditingkatkan,” katanya.
Dosis konsumsi hari berikutnya 2 sendok makan dengan frekuensi 3 kali sehari. Patty hanya mengkonsumsi VCO, tak ada tambahan bahan lain apa pun jenisnya. Sebulan kemudian, kelahiran 6 Juli 1949 itu merasakan perubahan. ”Saya dapat berjalan 100 meter tanpa rasa sesak,” kata kakek seorang cucu itu. Malahan sebulan berselang, pada Agustus 2004 Patty kembali dapat bermain golf 18 hole. ”Luar biasa, bisa main golf lagi,” katanya.
Pada Oktober 2004 Maxi Patty ke rumah sakit dan dicek oleh dokter yang dulu memeriksanya. Hasil laboratorium amat memuaskan. Penyumbatan pembuluh darah tak ditemukan lagi. Kadar kolesterol turun menjadi 180 miligram per desiliter, sebelumnya 240 miligram per desiliter, kadar trigliserida 95 (sebelumnya 120), dan kadar asam urat 7 (9). Dokter menuturkan, ”Bagus ini. Nanti obatnya diminum lagi ya,” katanya seperti diulangi Patty.
Mendengar penuturan dokter, Patty mengangguk kecil sembari tersenyum. Ia enggan berterus terang, kesembuhan penyakitnya ditopang oleh konsumsi VCO. Bukan obat yang diresepkan dokter. Saat itu dokter juga menyerahkan resep, tapi tak ditukar dengan obat di apotek. Ia memasukkannya ke kantong dan segera pulang. Ayah 1 anak itu lebih memilih VCO sebagai sarana penyembuhan penyakit yang diidapnya.
Kasus yang dialami Patty termasuk penyakit jantung didapat, bukan bawaan. Prevalensi penyakit jantung bawaan amat kecil, hanya 0,08%. Pria memiliki risiko pada usia 45 tahun ke atas; perempuan, setelah 55 tahun. ”Jika pria terkena serangan jantung pada usia kurang dari 55 tahun dan wanita terserang jantung pada umur kurang dari 65 tahun, anak anaknya terkena risiko keluarga penderita penyakit jantung,” ujar dr Budi. Saat terserang jantung koroner, usia Patty baru 54 tahun.
Rasio Kolesterol Dan HDL Indikator Resiko Jantung Koroner
Bagaimana duduk perkaranya VCO membantu penyembuhan penyakit jantung koroner? Ahli jantung koroner yang dihubungi Trubus Prof Dr dr Budi Setianto, SpJP mengatakan, ”Saya menghargai betul kasus ini. VCO punya khasiat positif, silakan lanjutkan untuk dikonsumsi.” Menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu idealnya Patty menjalani tes treadmill. Tujuannya untuk mengetahui apakah pasokan oksigen saat ia bernapas memadai.
Pengobat komplementer dr Paulus Wahyudi Halim menuturkan, ”Kemungkinan VCO memperbaiki keseimbangan lemak darah. Kalau darah kualitasnya bagus, bersih, kita jadi sehat dan sebaliknya.” Begini ceritanya. Dr Bruce Fife, pioner penelitian VCO untuk kesehatan, dalam seminar di Jakarta mengatakan, ”VCO mampu meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL, kolesterol baik, red). Dengan begitu VCO melindungi seseorang dari penyakit jantung koroner.”
Dengan meningkatnya HDL, risiko terserang penyakit jantung pun kecil. Bruce mengatakan, selama ini orang hanya terpaku pada jumlah kolesterol sebagai pemicu penyakit jantung. Yang benar adalah rasio antara total kolesterol dan HDL. Jika rasio lebih besar dari 5,1 tergolong berisiko tinggi; 5, normal; 3,2, risiko rendah.
Contoh seorang yang berkolesterol 268 mg/dl dan total HDL 145 mg/dl. Jika cuma melihat total kolesterol, terkesan amat tinggi. Namun, ketika total kolesterol dibagi HDL hasilnya hanya 1,8. Artinya risiko terserang penyakit jantung amat rendah. Hasil serupa tampak dari riset Bruce Fife terhadap masyarakat yang mengkonsumsi minyak jagung dan minyak kelapa di Sri Lanka. Total kolesterol konsumen minyak jagung rata-rata 146 mg/dl; konsumen minyak kelapa, 176,6 mg/dl. HDL masing-masing 25,4 mg/dl dan 43,4 mg/dl sehingga rasionya 4,14 untuk konsumen minyak kelapa dan 5,75 mg/dl untuk minyak jagung.
Itu bukan satu-satunya bukti sahih ketangguhan VCO memerangi jantung koroner. Bukti lain disodorkan Dr Conrado Dayrit. Guru besar emiritus College of Medicine Manila itu mengungkapkan, “Prevalensi penyakit jantung dan kolesterol pada masyarakat yang mengkonsumsi minyak kelapa murni amat rendah seperti ditemukan di Polinesia.” Minyak kelapa bukan penyebab penyakit jantung dan penyebab kematian.
Fakta itu diperkuat hasil riset Dr Dan Eringthon dari Universitas Nasional Australia. Masyarakat Tuvalu, di Pasifi k selatan, menjadi obyek risetnya. Masih banyak sederet bukti ilmiah lain yang menunjukkan, VCO amat menyehatkan jantung. Sekadar menyebut contoh, riset Dr Ian Prior, ahli kardiovaskuler, di kepulauan di Pasifi k. Tak ada tanda-tanda penyakit jantung pada penduduk yang mengkonsumsi minyak kelapa. Setelah mereka pindah ke Selandia Baru dan mengkonsumsi minyak poli tak jenuh, prevalensi penyakit jantung tinggi.
Rendahnya rasio kolesterol itu lantaran VCO bersifat tak dapat tersintesis menjadi kolesterol, tidak ditimbun dalam tubuh, mudah dicerna dan terbakar. Dr AH Bambang Setiaji MSc, periset minyak dara dari Universitas Gadjah Mada, menuturkan VCO mengandung 93% asam lemak jenuh, tetapi 47—53% berupa minyak jenuh berantai sedang. Oleh karena itu ia dapat langsung dicerna.
“Setiap melewati endapan kolesterol minyak kelapa murni akan melarutkan kolesterol. Kolesterol akan larut sehingga peredaran darah lancar,” kata Bambang. Tanpa sumbatan pada pembuluh darah, jantung pun bekerja seperti sedia kala. Bila demikian, selamat tinggal jantung koroner. (Sardi Duryatmo/ Peliput: Imam Wiguna & Evy Syariefa) – Trubus 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar