Bekas Jahitan Pemasangan Pen pada Tulang Belakang |
Sudah lama saya ingin menceritakan pengalaman ini, baru kali ini sempat menuliskannya. Semoga menjadi pelajaran untuk kita semua. Pengalaman dalam membantu masalah Pak Deka yang dipasang pen pada tulang punggungnya, Akibatnya sering sakit luar biasa dan sekarang katanya sudah normal dan nyaman. Sudah dapat tidur telentang lagi. Posisi tidak yang hanya dapat dilakukan dalam mimpi selama dua tahun lebih sejak operasi.
Ceritanya bermula sekitar awal bulan April 2019 Pak Deka
mengundang saya untuk dating kerumahnya dan membantu mengatasi keluhannya.
Senin pagi beliau WA, sorenya saya kerumahnya. Rumah yang cukup jauh, dimana
saya di Babelan Bekasi dan beliau tinggal di Villa Nusa Indah, masuk Wilayah
Bogor.
Sesampai dirumahnya, rupanya sudah dipersiapkan Kasur piknik
buat terapi di depan TV Besar. “Sebenarnya setiap Minggu saya dipijit, suka
gonta-ganti, mungkin cari yang cocok kadang dibekam juga…” Kata beliau membuka
pembicaraan. Beliau bertanya saya mau pakai metode apa? Saya pun meminta beliau
menjelaskan keluhannya lebih dahulu. Sambil memperlihatkan bekas jahitan di
pinggangnya, beliau pun cerita tentang latar belakang sakitnya.
Beliau seorang olah ragawan waktu masih sekolah.
Khususnya sebagai karateka, sebutan olahragawan karate, dan mencapai peringkat
Sabuk Hitam Dan 2. Wah Hebat. Pantas Nampak atletis dan berbadan tegap serta
kelihatan tulang tangan dan kakinya kuat. Namun setelah kuliah dan bekerja, sekitar
20 puluh tahunan kemudian, dunia olah raga seakan dilupakannya. Hingga suatu ketika
tiba-tiba menderita sakit panas tinggi dan harus opname di rumah sakit. Menurut
dokter, ada pengeroposan tulang belakangnya. Tulang belakannya tidak cukup kuat
untuk menopang berat tubuhnya sehingga harus dioperasi pemasangan pen. Sekitar
120 juta biayanya. Akhirnya operasi dilakukan.
Sejak pemasangan pen di pinggannya inilah, masalah baru
muncul. Sering tiba-tiba sakit luar biasa, ngilu dan panas dan jika ada petir
sering terasa kesetrum. Tidur pun tidak bisa lagi telentang, harus miring dan
tengkurap. Penglihatan sering tidak focus dan kehilangan kesimbangan. Ketika
berangkat kerja mengalami hal demikian, maka buru-buru putar setir balik dan
pulang. Untunglah pekerjaan kantor dapat dikerjakan dirumah. Bahkan pernah
beliau berfikir apakah penderitaan terus begini tidak berakhir, sehingga nyaris
beliau putus asa. Apalagi dalam hal menjalankan shalat jadi tidak sempurna.
Jika shalat jum’at di masjid dekat kantornya yang aulanya cukup tinggu, beliau
harus berangkat lebih pagi sebelum jam 11.00 WIB, mencari tempat dipojok, duduk
bersandar dan menahan rasa sakit panas campur ngilu sekali.
Setelah mendengar lika-liku ceritanya, saya mulai terapi.
Dimulai dengan Refleksi kaki dan kemudian Totok Punggung. Rupanya pak Deka
sering juga di Totok Punggung. Namun beliau biklang cara saya berbeda. Setelah
selesai sayapun mengajarkan Gerakan-gerakan senam khusus untuk stretching secara
mandiri dan juga Gerakan pernapasan. Tidak lupa yang saya sampaikan bahwa kunci
terapi saya adalah penggunaan Minyak Terapi Oesada. Digunaan saat melakukan
terapi dan setiap saat setiap hari, minimal tiga kali sehari. Cukup dibalurkan
diperut dan seluruh tulang bagian tulang belakang. Saat pamit pulang saya diberikan
poster Skema Tulang Punggung yang dicetak di kantornya.
Hari Minggunya saya dipanggil kerumahnya lagi. Namun hari
ini kelihatan cerah dan senyumnya merekah, katanya,”Alhamdulillah pak, baru
kemarin saya bisa menikmati shalat Jum’at, nikmat sekali, nggak seperti
sebelumnya… Saya bisa lakukan dengan posisi normal, berdiri dengan tanpa rasa
sakit dan duduk nyaman dari mendengarkan khutbah hingga shalat dekat dengan
Imam. Saya tak lagi nyender dipojokan, itupun sambal ngerasaain sakit!”
“Masya Allah.. “ Jawab saya. “Semua atas ijin Allah..yang
penting kita dapat mengambil hikmah dari sakit yang kita derita.”….
Hari-hari berikutnya setiap akhir pekan dan hari Ahad
saya selalu dipanggilnya, hingga istrinya, berseloroh “Kayaknya papa, mah kalau
nggak disentuh Bapak, kangen kali…” Semua tertawa…Dan yang pasti ada
cerita-cerita yang bikin saya terpana. Mulai dari aktifitas, memperbaiki mesin
cuci sendiri, memindahkannya sendiri, membetulkan genteng bocor dengan naik dan
turun tangga sendiri (iya sendirilah, masak harus digendong naik ke atas
genteng hehehehe), mencuci mobil sendiri dan lain-lain.. maklum dulunya olah
ragawan. Dan Alhamdulillah sudah dapat tidur telentang. Posisi tidur nyaman
yang hanya dapat dilakukan dalam mimpi selama dua tahun lebih. Maka akhirnya
saya berpesan, untuk terapinya kalau pas gak enak badan saja. Jadi kalau pas
badan enak, pas liburan bisa gantian pijat deh sama Ibu hehehe.
Namun ketika saya usulkan bahwa pen nya dilepas aja,
katanya “Nggak Ah..kan sudah permanen..takut setelah diangkat nanti harus sakit
lagi untuk pemulihan…” Beliau pun tersenyum, Saya cuman berfikir, barangkali tulangnya
sudah normal alias padat kembali, sehingga tak perlu lagi penopang. Karena
mungkin akan mengganggu posisi tulang sehinga tetap kurang bebas bergerak.
Kasus yang dialami Bapak Deka, metode terapinya dapat juga dilakukan untuk penyakit Syaraf Kejepit atau HNP, Kanker Tulang Belakang dan sakit lainnya. Yang paling penting adalah penggunakan Minyak Terapi Oesada untuk membantu merangsang Sistem Syaraf agar aktif kembali dan membunuh Virus atau Bakteri, meredakan sakit dan mengurai pembengkakan kelenjar. Semoga pengalaman ini menjadi pejaran berharga buat pemirsa, sehingga dapat mengatasi keluhan-keluhan sakit lebih mudah dan biaya yang murah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar